Minggu, 03 Agustus 2014

Ketahui Perbedaan Cabe-cabean dan Terong-terongan



Setelah heboh fenomena "cabe-cabean" yang lahir dalam kalangan masyarakat (gak tau asalnya dari mana), kini muncul lagi istilah baru bernama "terong-terongan".

Kata tersebut muncul dan dikhususkan untuk anak remaja laki-laki yang gaul. Sekilas, penampilan mereka tidak jauh beda dengan remaja normal lainnya. Hanya saja terong-terongan sedikit berbeda secara psikologis, yaitu bergaya kewanita-wanitaan.


Menurut bang Aris Merdeka Sirait (itulohh, ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia), cabe-cabean merupakan ajang prostitusi yang berawal dari judi di kalangan anak-anak remaja pembalap motor liar. Para cabe-cabean ini umumnya senang memakai pakaian minim. Sementara terong-terongan adalah bagian dari komunitas mereka, yang tempat tongkrongannya di tempat wisata kuliner (itu kata bang aris lohh, bukan kata gw..hehe). 


Ciri-ciri Terong-terongan
Untuk lebih mengenal kaum terong-terongan berikut dibawah ini adalah ciri-ciri dari kaum yang sekarang banyak bermunculan baik di desa lebih-lebih di kota.

-  Sering memakai topi yang ketekuk. (makanya kalau pakai topi jangan di tekuk-tekuk...hihi)
Suka foto diri sendiri, kamera biasanya di atas lalu mengunggahnya di jejaring sosial, Facebook, Twitter, Instagram dan sebangsanya.
Gaya dan cara bicaranya melambai (kebanci-bancian) dan suka sesama jenis.
Sering keluar malam untuk nongkrong dengan sesama terong-terongan.


Perbedaan Cabe-cabean dan Terong-terongan

- Cabe-cabean






- Terong-terongan





- Terong di Cabein









(dari berbagai sumber)








Sabtu, 03 Mei 2014

Derby Della Madonnina (Dalam Sejarah)


RIVALITAS PENUH KELAS itulah cerita lain dari perseteruan antara dua Tim yang terlahir di kota mode Italia ini. Pertandingan ini biasanya memiliki aura pertandingan yang berbeda dengan aura pertandingan antar klub besar untuk memenangi trofi juara. Pertandingan ini sarat emosi bukan karena prestasi yang di perebutkan tetapi lebih karena gengsi dan pembuktian kepada bagian lain dari kota tersebut bahwa merekalah yang terbaik. 

Asal kata Madonnina merupakan panggilan masyarakat setempat untuk patung Virgin Mary yang berada di puncak Katedral Milan, salah satu trademark kota Milan. Bagi warga Milan tempat tersebut merupakan tempat yang sakral dari segi rohani dan seperti yang kita ketahui dimana sepakbola menjadi sebuah “kepercayaan” di negeri Italia maka tidak berlebihan jika memberi nama derby ini della Madonnina, derby yang secara etimologis menganalogikan bahwa siapapun yang memenangkan derby tersebut, merekalah yang berada di puncak kota Milan.


Tempat dilangsungkannya derby della Madonnina antara Milan & Inter menggunakan stadion yang sama namun dgn nama yang berbeda. Oleh kubu Inter, diberi nama Guiseppe Meazza untuk menghormati jasa mantan pemainnya yang juga merupakan nama resmi stadion ini, hal ini juga yang membuat Milanisti enggan menyebut stadion tersebut dengan nama yang sama mengingat nama itu adalah mantan pemain Inter sehingga kemudian diberi nama San Siro. Saat dilangsungkan derby para suporter membagi diri mereka menjadi dua bagian, yaitu curva nord, di bagian utara stadion yang menjadi tempat para Interisti dan curva sud, bagian selatan stadion yang menjadi tempat para Milanisti.





Senin, 31 Maret 2014

Gamellaggio Lazio - Inter (Persaudaraan Sampai Mati Interisti-Laziale)


 Sebuah Catatan Panjang Sejarah dan Kejadian Dramatis

Stadio Giuseppe Meazza, San Siro, Milano, 23 April 2011. Menjelang laga Inter vs Lazio di pekan-pekan terakhir yang krusial di Serie A musim 2011/2012. Lazio sedang bersaing keras dengan Udinese untuk mengamankan tempat di UCL dan Inter sedang berjuang keras menghidupkan asa scudetto yang hampir pasti diraih AC Milan. Ketika kedua tim memasuki lapangan, dari salah satu bagian stadion puluhan flare warna biru langit dinyalakan, disusul pekikan ribuan orang: “A Roma Ce Solo Lazio” atau “Di Kota Roma Hanya Ada Lazio”. Kita yang hanya menyaksikan lewat televisi tentu mengira itu adalah ulah suporter Lazio. Sebenarnya bukan, flare dan teriakan itu justru dilakukan dari Curva Nord Stadio GM oleh puluhan ribu Interisti yang tergabung dalam Boys SAN dan beberapa kelompok ultras Inter lainnya. Baru setelah itu dari sisi Irriducibili Lazio dinyalakan flare warna biru gelap (warna Inter) dan para Laziali meneriakkan “Forza Inter Ale”. Itu adalah ritual selamat datang dari Interisti untuk Laziali dan tanda persahabatan Laziali bagi Interisti. Ritual itu sudah berusia lebih dari satu dekade sejak kedua kelompok suporter ultras menjalin gamellaggio (twinning, persaudaraan). Di Stadio Olimpico, ritual dilakukan sebaliknya. Irriducibili Lazio menyalakan flare biru gelap disertai teriakan “Forza Inter Ale” dan dibalas oleh Interisti dengan flare biru langit dan teriakan “A Roma Ce Solo Lazio.”

Mengapa kita bersahabat dengan Lazio? Karena sama-sama menempati Curva Nord? Dan mengapa Lazio berseteru dengan AS Roma? Karena menghuni kota yang sama? Itu memang salah satu alasan tetapi latar belakang sesungguhnya adalah sebuah sejarah panjang dan kompleks, dimulai bahkan dari saat awal eksistensi kedua klub itu.

Takdir Mulai Saat Kelahiran

SS Lazio dibentuk tahun 1900 oleh para politisi dan usahawan berhaluan politik kanan dan anti-Yahudi serta berbasis pendukung kaum terpelajar dan kalangan menengah-atas Roma. Kelompok berhaluan serupa juga lah yang mendirikan Inter saat melepaskan diri dari AC Milan tahun 1908.

Saat diktator fasis Benito Mussolini berkuasa di Italia, dia memerintahkan semua klub di kota Roma di-merger menjadi AS Roma tahun 1927. Semua mematuhi, kecuali SS Lazio yang menentang dan tetap berdiri sendiri. AS Roma dikuasai oleh golongan kiri dan didukung oleh kelas buruh dan masyarakat Yahudi (kelompok serupa yang mendukung AC Milan). Di kota Milan, Mussolini melakukan hal yang sama, dan Inter melakukan penentangan yang sama sehingga sementara harus berganti nama menjadi Ambrosiana Milano. Sejarah awal ini telah menyemai ikatan antara SS Lazio dan Inter serta menempatkan AS Roma dan AC Milan pada pihak yang berseberangan. Lokasi yang sama di Curva Nord (Lazio dan Inter) dan di Curva Sud (AS Roma dan AC Milan) makin mempertajam perbedaan ini. Dan, tentu saja, faktor lokasi di Kota yang sama menjadikan persaingan Lazio-Roma menjadi semakin memanas. Lazio dan pendukungnya merasa sebagai yang pertama di Roma, sedangkan AS Roma menganggap dirinya satu-satunya klub yang menyandang nama kota.

Persaingan ini sedemikian panasnya, sehingga Derby della Capitale (SS Lazio vs AS Roma) dinobatkan sebagai derbi paling panas di Italia bahkan di Eropa, melebihi Derby della Madoninna (Inter vs Milan), Derby Manchester (MU vs Manchester City) bahkan mengungguli El Classico (Barcelona vs Madrid). Kalau Interisti dan Milanisti hanya panas di dunia maya tetapi bersahabat di dunia nyata, Laziali dan Romanisti berseteru dalam arti sebenarnya, di dunia maya maupun di dunia nyata. Hampir tak pernah terjadi Derby della Capitale tanpa kerusuhan. Tercatat beberapa nyawa melayang dan ratusan orang telah terluka karena derbi ini. Derby della Capitale adalah “neraka” sepakbola Italia. 

Gamellaggio Lazio-Inter

Persaudaraan ini terjadi sepanjang sejarah. Tak pernah ada catatan insiden antara Laziali dan Interisti. Kesamaan aliran politik dan basis pendukung membuat kedua kelompok suporter ini selalu rukun. Gamellaggio secara formal terjadi saat kedua suporter bertemu dalam final UEFA Cup tahun 1998 di Paris yang dimenangkan Inter dengan 3-0. Sikap ksatria Irriducibili Lazio dan sikap simpatik Boys SAN Inter membuat kedua suporter mendapatkan penghargaan fair play dari UEFA. Dan saat itu tercapailah kesepakatan persaudaraan antara Laziali dan Interisti yang makin menguat hingga hari ini. 


Inilah beberapa kejadian unik yang menunjukkan eratnya gamellagio Lazio-Inter:

Nasib Tragis Zaccheroni, 5 Mei 2002

Pada pertandingan giornata 34 musim 2001/2002 tanggal (match terakhir, karena saat itu Serie A hanya berisi 18 tim), terjadi peristiwa yang unik di Stadio Olimpico pada laga Lazio vs Inter. Saat itu Inter di ambang juara karena cukup dengan mengalahkan Lazio maka mereka akan meraih scudetto mengungguli Juventus. Maka Laziali di Stadio Olimpico, dimotori Irriducubili Lazio mendukung Inter habis-habisan dan meminta Lazio kalah, agar yang mendapatkan scudetto Inter, rival Lazio: Juventus. Sayangnya malam itu para punggawa Nerazzurri gagal meraih scudetto yang sudah di depan mata, kalah 2-4 dari Biancoceleste. Dan Juventus merebut scudetto dengan 71 poin, diikuti Roma dengan 70 poin. Inter sendiri di posisi ketiga dengan 69 poin. Akibat kejadian ini, Irriducibili Lazio mendemo manajemen Lazio dan meminta allenatore Lazio, Alberto Zaccheroni dipecat. Zaccheroni pun akhirnya mengundurkan diri. Dia dimusuhi Laziali justru karena timnya memenangkan laga. Ironis, tapi itulah jiwa Irriducibili Lazio: persahabatan dan solidaritas ditempatkan di atas sepak bola itu sendiri.

Stadio Giuseppe Meazza Tanpa Banner dan Flare, 5 Desember 2007

Pada tanggal 11 November 2007, seorang DJ terkenal di kota Roma, Gabriele Sandri, seorang pendukung ultras Lazio, menjadi korban tak berdosa dalam kerusuhan antara sekelompok suporter anarkis Juventus dan kepolisian kota Roma. Sandri tertembak di bagian belakang kepalanya oleh polisi. Kerusuhan pun meledak, menuntut keadilan. Tidak hanya karena para Laziali menyerang kantor polisi Roma, tapi juga di Milano, oleh Interisti menyerang kantor polisi Milano menunjukkan solidaritasnya. Untuk menghormati Sandri, Inter menunda pertandingan Inter vs Lazio di Stadio Giuseppe Meazza yang seharusnya digelar 14 November menjadi tanggal 5 Desember 2007. Saat pertandingan berlangsung, Boys SAN Inter memprakarsai mengheningkan cipta selama 5 menit di stadion untuk menghormati Sandri. Dan malam itu, di Curva Nord Giuseppe Meazza, tempat para Interisti, sama sekali tidak terlihat sepotong pun spanduk, banner ataupun sebuah flare pun yang mereka nyalakan. Kelompok-kelompok ultras Inter hanya membentangkan sebuah spanduk besar dengan tulisan warna biru langit berlatar belakang biru gelap bertuliskan: “Gabriele Sandri, Kau Akan Selalu Berada di Hati Kami”.

Korban Berikutnya, Jersey No 12 SS Lazio, Minggu, 2 Mei 2010

Stadio Olimpico Roma dipenuhi pendukung Lazio dan Inter yang menantikan pertandingan Serie A giornata 36 musim 2009/2010. Pertandingan ini sangat menentukan bagi kedua tim. Bagi inter, memenangi pertandingan ini akan mempermudah meraih Scudetto, dan akan mengambil alih poisisi cappolista dari AS Roma yang sementara unggul 1 poin. Bagi Lazio memenangi pertandingan ini akan lebih mengamankan diri dari kemungkinan degradasi ke Serie B, karena saat itu Lazio berada di posisi 17 dan hanya terpaut 4 poin dari zona merah.

Ritual gamellagio seperti pada pembuka tulisan ini pun dilakukan. Itu hal biasa. Yang luar biasa adalah banyak bendera Inter dan spanduk-spanduk pemberi semangat bagi Inter dikibarkan oleh Irriducibili Lazio. Yang paling mencengangkan tentu saja sebuah spanduk para Laziali yang ditujukkan kepada para pemain Lazio sendiri: "Kalau sampai menit ke 80 Lazio unggul, kami akan masuk ke lapangan!" Spanduk ini disita polisi tak lama kemudian tetapi muncul spanduk-spanduk lain yang tak kalah mengerikan: "Nando (maksudnya Fernando Muslera), biarkan bola melewatimu, dan kami akan tetap menyayangimu." "Zarate, satu gol saja kau cetak, kami paketkan kau ke Buenos Aires." Rupa-rupanya para pendukung Lazio ingin agar Inter mengalahkan timnya malam itu, untuk melicinkan jalan Inter menuju scudetto. Mereka lebih memilih risiko Lazio turun ke Serie B daripada Roma yang memperoleh scudetto.

Suasana pertandingan pun menjadi sangat aneh. Lazio sama sekali tidak memperoleh dukungan fans-nya sendiri walaupun bermain di Olimpico. Sebaliknya Inter sebagai tamu justru memperoleh dukungan luar biasa. Setiap kali pemain Inter menguasai bola, para Laziali berteriak, "Biarkan mereka lewat!" Malam itu portiere Lazio, Fernando Muslera, bermain sangat gemilang. Tak kurang dari 10 penyelamatan luar biasa dilakukannya. Tiap kali Muslera menggagalkan gol Inter, teriakan cemoohan pun berkumandang ke arahnya. Akhirnya pada injury time babak pertama, tandukan Walter Samuel mengubah skor menjadi 0-1. Stadion bergelegar dan muncul spanduk ejekan dari Laziali bertuliskan, "Oh, Noooo Roma!" dan, "Scudetto Game Over, Roma!"

Di babak kedua mental pemain Lazio (kecuali Muslera yang tetap bermain gemilang) pun runtuh. Kesalahan demi kesalahan dilakukan dan membuat Thiago Motta menggenapkan kemenangan Inter menjadi 0-2 di menit ke 70. Di akhir pertandingan, para pemain Lazio meninggalkan pertandingan dengan sedih dan marah karena merasa “dihianati” Laziali. Presiden Roma, Rosella Sensi mengecam habis-habisan ulah Laziali tersebut. Jose Mourinho hanya berkomentar pendek, "Saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini." Asisten pelatih Lazio mengakui bahwa anak asuhnya sangat terpengaruh oleh suasana stadion dan tidak bisa menampilkan performa terbaiknya.

Inter akhirnya merebut scudetto 2009/2010 dengan keunggulan 2 poin atas AS Roma. Syukurlah, Lazio mampu memenangi 2 laga sisa, terhindar degradasi dan menempati posisi akhir klasemen di urutan ke 12. Insiden ini membuat presiden Lazio, Claudio Lotito marah besar. Tahun 2003 Lazio memutuskan untuk mengistirahatkan jersey no. 12 sebagai penghormatan pada Irriducibili Lazio sebagai "pemain ke 12". Tetapi karena kejadian ini (ditambah lagi dengan kehadiran politisi lawan Lotito di tribun Irriducibili Lazio beberapa pertandingan sebelumnya) maka jersey no. 12 ditarik kembali dari peristirahatannya dan pada musim 2010/2011 dipakai oleh portiere kedua Lazio, Tomasso Berni. Musim 2011/2012 jersey no 12 dipakai oleh difensore Marius Stankevicius. Satu bukti lagi, bahwa bagi Irriducibili Lazio, persahabatan dan solidaritas adalah yang terpenting.



(Sumber: Berbagai FP Inter)

Minggu, 30 Maret 2014

Fakta dan Fitnah Inter Pernah ke Serie B


Berlatar belakang ejekan dan tuduhan sejumlah tifosi klub Italia lain belakangan ini kepada Inter yg menganggap Inter diselamatkan FIGC dari degradasi 1922 dan menjadikan Venezia sebagai pengganti Inter, maka saya mencoba melakukan sebuah riset kecil2an mengenai apa yg sebenarnya terjadi di Prima Categoria FIGC dan Prima Divisione CCI (sebelum masa Serie-A) musim kompetisi 1921-1922 serta Prima Divisione 1922-1923.


I. Campionato Federale/Prima Categoria & Seconda Categoria/Promozione FIF/FIGC

Sejak kompetisi sepakbola di Italia bergulir pd tahun 1898, klub2 sepakbola Italia baru bermunculan satu demi satu dan menyebabkan ledakan jumlah klub sepakbola yg berkompetisi di Campionato Federale. Untuk mengatasi masalah ini Federasi Sepakbola Italia yg ada saat itu (FIF yg kemudian berganti nama menjadi FIGC tahun 1909) membuat sebuah kompetisi baru bernama Seconda Categoria (sebelum masa Serie-B) di tahun 1904 sebagai ajang untuk menyaring kompetensi klub2 baru ini sebelum dipromosikan ke Campionato Federale baru yg sejak saat itu diberi nama anyar: Prima Categoria.
Adalah Pro Vercelli klub pertama dari Seconda Categoria yg berhasil promosi ke Prima Categoria di tahun 1907 dan bahkan langsung berhasil menjuarai kompetisi tertinggi sepakbola Italia tersebut di tahun 1908 ato hanya 1 tahun setelah promosi. Pd 1912 FIGC menetapkan peraturan baru ttg promosi yg akhirnya merubah nama Seconda Categoria menjadi Promozione.


II. FIGC & CCI

Tapi kemudian masalah barupun muncul, meskipun jumlah klub baru yg bisa masuk Prima Categoria berhasil dibatasi setiap musimnya namun jumlah klub yg berkompetisi di sana terus bertambah karena tidak adanya klub yg keluar (ato degradasi) dari situ. Parahnya adalah karena saat itu setiap klub yg berkompetisi di Prima Categoria memiliki representatif di FIGC (jd seperti Parlemen) maka banyak klub2 kecil yg jumlahnya mayoritas menolak usulan klub2 elit Italia untuk memberlakukan sistem degradasi untuk mengurangi jumlah klub Prima Categoria sekaligus membuat kompetisi berjalan lebih kompetitif.

Puncaknya adalah pd saat pelatih legendaris Italia, Vittorio Pozzo, mengajukan petisi kepada FIGC pd 1921 yg popular dengan sebutan Progetto Pozzo agar dirancang sebuah sistem degradasi namun setelah voting yg berjalan alot ternyata petisi tersebut harus kandas karena representatif klub2 kecil yg telah disebutkan di atas tidak ingin terlempar dari Prima Categoria. Akhirnya di tahun tersebut para klub elit memutuskan hengkang dari FIGC dan membentuk CCI dan mengadakan kompetisi sendiri yg mereka namakan Prima Divisione dan kasta keduanya yg dinamakan Seconda Divisione. Sementara di sisi lain FIGC tetep ngotot menyelenggarakan Prima Categoria meski tanpa dihadiri klub2 elit.


III. Prima Divisione 1921-1922 (CCI)

Salah satu regulasi yg disetujui dalam penyelenggaraan pertama Prima Divisione musim 1921-1922 oleh CCI adalah diberlakukannya regulasi sistem degradasi, sementara sistem kompetisi akan dibagi dalam 2 turnamen; Lega Nord dan Lega Sud. Juara masing2 turnamen akan diadu dalam Final untuk menentukan juara Prima Divisione 1921-1922.

Lega Nord yg diikuti 24 klub akan dipecah menjadi 2 Grup, kedua Juara Grup akan diadu dalam Final Lega Nord dan pemenangnya akan menjadi Juara Lega Nord Prima Divisione 1921-1922 sementara kedua Juru Kunci juga akan diadu dalam play-off degradasi (spareggi) dan yg kalah akan terdegradasi untuk kemudian digantikan Juara Lega Nord Seconda Divisione 1921-1922.

Lega Sud diikuti oleh 32 klub yg terbagi dalam 5 Regional berbeda (Lazio, Marche, Campania, Puglia dan Sicilia) karena kemampuan ekonomi klub2 peserta2 Lega Sud tidak memungkinkan untuk diadakannya turnamen panjang seperti yg diterapkan di Lega Nord, masing2 Juara Regional akan diadu dalam play-off dan pemenangnya menjadi Juara Lega Sud sementara regulasi degradasi Lega Sud memberlakukan sistem berbeda untuk masing2 Regional: Lazio (9 klub berformat liga, 3 klub terbawah degradasi langsung), Marche (6 klub yg dibagi dalam 2 grup, 5 klub terdegradasi langsung), Campania (7 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung), Puglia (4 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung), Sicilia (6 klub berformat liga, hanya 1 klub terbawah yg degradasi langsung).

Klasemen Akhir Prima Divisione CCI 1921-1922
 Lega Nord

Grup A:
1. Pro Vercelli 36
2. Novara 32
3. Bologna 27
4. Mantova 24
5. Andrea Doria 23
6. Juventus 22
7. Hellas Verona 22
8. US Milanese 20
9. AC Milan 18
10. US Livorno 17
11. Spezia 16
12. Vicenza 7

Grup B:
1. Genoa 37
2. Alessandria 28
3. Pisa 27
4. Modena 26
5. Padova 23
6. Casale 20
7. Legnano 20
8. Savona 20
9. Torino 20
10. Venezia 17
11. Brescia 15
12. Inter Milan 11

i) Pro Vercelli dan Genoa maju ke Final Lega Nord
ii) Vicenza dan Inter Milan bertemu di Play-off degradasi Lega Nord

Lega Sud

Campania:

1. Puteolana 24
2. Savoia 18
3. Inter Napoli 12
4. Naples FC 11
5. Ilva Bagnolese 10
6. Juve Stabia 9
7. Salernitana 0

Sicilia:
1. Palermo 20
2. Libertas Palermo 12
3. Messinese 10
4. Umberto Messina 10
5. SC Messina 8
6. Vigor Trapani 0

Grup Macerata:
1. Helvia Recina 8
2. Macerata FC 4
3. Virtus Macerata 0

Grup Ancona:
1. Anconitana 8
2. Virtus Senigallia 4
3. Folgore 0

Grup Finale Marche:
1. Anconitana 12
2. Vigor Senigallia 7
3. Helvia Recina 4
4. Macerata FC 1

Lazio:
1. Fortitudo Roma 28
2. Alba Roma 22
3. Juventus Audax 21
4. Lazio 21
5. US Romana 15
6. Roman FC 12
7. Audace Roma 12
8. Pro Roma 8
9. Tivoli 4

Puglia:
1. Audace Taranto 9
2. Pro Italia Taranto 8
3. Liberty Bari 6
4. Veloce Taranto 1

i) Puteolana, Palermo, Anconitana, Fortitudo Roma dan Audace Taranto maju ke Final Lega Sud
ii) Salernitana, Vigor Trapani, Virtus Macerata, Folgore, Audace Roma, Pro Roma, Tivoli dan Veloce Taranto terdegradasi langsung ke Seconda Divisione Lega Sud

Finale Lega Nord

Pro Vercelli vs Genoa 0-0 2-1 (Agg. 2-1)

Finale Lega Sud

1st Round:
Puteolana vs Anconitana 3-0
Audace Taranto vs Palermo 1-0

Semifinal:
Fortitudo Roma vs Audace Taranto 4-1

Final:
Fortitudo Roma vs Puteolana 2-0

Finale Prima Divisione CCI 1921-1922

Fortitudo Roma vs Pro Vercelli 0-3 5-2 (Agg.8-2)


* Revisi pasca Comprommeso Colombo:

Lega Nord;
1) Play-off degradasi Vicenza vs Inter Milan dibatalkan
2) US Livorno, Spezia, Venezia dan Brescia diikutsertakan dalam play-off degradasi

Lega Sud;
Grup Regionale Marche ditiadakan, semua klub di dalamnya terdegradasi ke Seconda Divisione Lega Sud kecuali Anconitana sebagai Juara Grup


IV. Re-Integrasi CCI ke FIGC 1922

Pada 22 Juni 1922 atau hanya setahun setelah 'pembelotan' CCI, pihak FIGC dan CCI menyetujui petisi yg diajukan Emilio Colombo (Direktur harian olahraga terkemuka La Gazzetta Dello Sport saat itu). Petisi ini yg dikenal dengan sebutan Comprommeso Colombo yg berisi formula penyelenggaraan sebuah kompetisi baru yg diikuti klub2 hasil integrasi kompetisi Prima Categoria dan Promozione FIGC dengan Prima Divisione dan Seconda Divisione CCI, pada akhirnya baik FIGC dan CCI menyepakati Comprommeso Colombo dan setuju untuk bersatu kembali di bawah nama FIGC.

Dengan disetujui kesepakatan ini lahirlah Prima Divisione baru yg menggantikan Prima Categoria FIGC dan Prima Divisione CCI, serta lahir juga Seconda Divisione baru yg menggantikan Promozione FIGC dan Seconda Divisione CCI. Baik Prima Divisione dan Seconda Divisione dibagi dalam 2 Turnamen, Lega Nord akan dijalankan oleh FIGC sementara Lega Sud dijalankan CCI.


V. Petisi Emilio Colombo (Direktur La Gazzetta Dello Sport) 1922

Untuk memperjelas apa saja isi dari Petisi Colombo atau yg dikenal dengan Comprommeso Colombo, maka di sini saya akan menjabarkan poin2 Comprommeso Colombo sesuai apa yg saya ketahui.

Hal-hal yg disepakati:
1) Reunifikasi kedua Asosiasi (FIGC dan CCI) dan reintegrasi kompetisi2 di bawah kedua Asosiasi tersebut.
2) Kompetisi utama musim 1922-1923 yg kini dinamai Prima Divisione di bawah FIGC (Lega Nord) akan diikuti oleh 36 klub dari 2 kompetisi musim sebelumnya Prima Categoria FIGC dan Lega Nord Prima Divisione CCI serta dibagi dalam 3 Grup – setiap grup diisi masing2 12 klub.
3) Kompetisi utama baru musim 1922-1923 akan diselenggarakan terpisah antara Lega Nord di bawah FIGC dan Lega Sud di bawah CCI.
4) Pada kompetisi Lega Sud di bawah CCI, seluruh proses teknis kompetisi akan diserahkan sepenuhnya kepada Asosiasi yg berwenang (CCI).
5) Kompetisi sepakbola Italia mulai musim kompetisi 1922-1923 akan terdiri dari 4 level/kasta yaitu Prima Divisione danSeconda Divisione yg dijalankan bersama oleh FIGC (Lega Nord) dan CCI (Lega Sud) sertaTerza Divisione dan Quarta Divisione yg dijalankan oleh Comitati Regionali/Komite Regional (di bawah CCI).
6) Mulai musim kompetisi 1923-1924, Prima Divisione Lega Nord FIGC hanya akan diikuti 24 klub.
7) FIGC mengakui Pro Vercelli yg memenangkan Prima Divisione 1921-1922 CCI sebagai Juara Italia (scudetto) yg sah. (Akhirnya hal ini menjadikan adanya 2 Juara pd musim 1921-1922: Novese sebagai juara Prima Categoria dan Pro Vercelli sebagai juara Prima Divisione.

Pengorganisasian 36 klub peserta Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:
1) 12 klub yg berasal dari Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI, terdiri dari masing2 6 klub yg menempati posisi teratas Grup A dan Grup B. Mereka adalah: Pro Vercelli, Novara, Bologna, Mantova, Andrea Doria, Juventus, Genoa, Alessandria, Pisa, Modena, Padova, Casale.
2) 12 klub yg berasal dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC, terdiri dari masing2 2 klub yg menempati posisi teratas keenam Grup Regional. Mereka adalah: Sampierdarenese, Speranza Savona, Novese, US Torinese, Esperia Como, Cremonese, Petrarca Padova, Udinese, SPAL, Virtus Bolognese, Pro Livorno, Lucchese.
3) 6 klub yg berasal dari Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI, terdiri dari masing2 3 klub yg menempati posisi ke-7 hingga ke-9 dari Grup A dan Grup B. Mereka adalah: Hellas Verona, US Milanese, AC Milan, Legnano, Savona, Torino.
4) 6 klub yg berasal dari hasil play-off degradasi (spareggi), peserta spareggi terdiri dari: 3 klub yg menempati posisi terbawah Grup A dan Grup B Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI (total 6 klub), masing2 2 klub yg menempati posisi ke-3 hingga ke-4 dari keenam Grup Regional Prima Categoria 1921-1922 FIGC (total 12 klub), 2 klub yg menempati posisi teratas Putaran Final Seconda Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI (total 2 klub).

Pengorganisasian spareggi Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:
1) Putaran Kualifikasi spareggi FIGC diikuti oleh seluruh wakil dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC (12 klub) yg akan diundi untuk bertanding satu sama lain dan akan menghasilkan 6 klub yg maju ke Putaran Utama spareggi. Mereka adalah: Rivarolese, Valenzana, Pastore, Viareggio, Como, Piacenza, Bentegodi Verona, Sestrese, Parma, Treviso, Libertas Firenze, Enotria Goliardo. Putaran Kualifikasi CCI diikuti 2 klub Juru Kunci Grup A dan Grup B Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI melawan 2 klub wakil Seconda Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI dan akan menghasilkan 2 klub yg maju ke Putaran Utama spareggi. Mereka adalah: Vicenza, Inter Milan (Prima Divisione), Derthona, SC Italia Milano (Seconda Divisione). Format pertandingan berlangsung 1 kali di tempat netral.
2) Putaran Utama spareggi diikuti 8 klub dari Putaran Kualifikasi spareggi dan 4 klub tersisa wakil Prima Divisione Lega Nord 1921-1922 CCI yg akan diundi untuk bertanding satu sama lain dan akan menghasilkan 6 klub yg berhak mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923. Mereka adalah: Venezia, Rivarolese, Pastore, Spezia, US Livorno, Piacenza, Sestrese, Brescia, Derthona, Treviso, Inter Milan, Libertas Firenze. Format pertandingan berlangsung 2 kali home dan away, apabila dalam 2 pertandingan tidak berhasil menemukan pemenang maka diadakan 1 pertandingan penentu di tempat netral.
3) Putaran Tambahan spareggi diikuti 4 klub yg tersingkir dari Putaran Utama spareggi (2 klub lagi tidak diikusertakan, Libertas Firenze tidak memiliki jumlah skuad yg cukup dan Piacenza mengundurkan diri) yg dibagi dalam 2 putaran, semifinal dan final. Mereka adalah: Sestrese, Venezia, Spezia, Treviso. Semua putaran berformat 1 kali pertandingan di tempat netral.

Setelah spareggi berhasil menghasilkan 6 klub yg berhak mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923, ternyata masih ada 1 jatah tersisa sebagai akibat dari bangkrutnya Pro Livorno yg sebelumnya sudah masuk ke dalam 12 klub teratas Prima Categoria 1921-1922 FIGC. Karena alasan inilah Comprommeso Colombo memperpanjang masa spareggi untuk menghasilkan 1 klub lagi yg mengikuti Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923.

Hasil lengkap spareggi Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923:

Putaran Kualifikasi

Dibagi dalam 2 zona; zona FIGC dan zona CCI. Pertandingan berlangsung 1 kali dan dilaksanakan di tempat netral, kemudian diulang di lain waktu apabila hasilnya imbang. Pemenang melaju ke putaran utama.

FIGC

Rivarolese - Valenzana 2-0
Pastore - Viareggio 4-0
Como - Piacenza 1-2
Bentegodi Verona - Sestrese 2-7
Parma - Treviso 1-2
Libertas Firenze - Enotria Goliardo 2-1

CCI

SC Italia Milan - Inter Milan 0-2 (SC Italia Milano mengundurkan diri)
Derthona - Vicenza 4-0

Putaran Utama

Zona FIGC dan CCI digabung. Pertandingan berlangsung dalam 2 leg (home dan away), sementara apabila hasilnya imbang akan ditentukan di pertandingan tambahan yg dilaksanakan di tempat netral hingga menemukan pemenangnya. Pemenang berhak lolos ke Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923. Klub yg disebut pertama adalah tuan rumah leg I, klub yg disebut serikutnya adalah tuan rumah leg II.

Rivarolese - Venezia 0-0 2-1
Spezia - Pastore 1-1 1-2 Piacenza - US Livorno 2-4 (diulang karena masalah teknis, hasil sebelumnya 1-4) 0-2 (Piacenza mengundurkan diri)
Brescia - Sestrese 2-0 0-5 (Penentuan 2-0)
Treviso - Derthona 0-1 0-1
Inter Milan - Libertas Firenze 3-0 1-1

Putaran Tambahan

Dibagi dalam 2 putaran; Semifinal dan Final. Setiap putaran berlangsung dalam 1 kali pertandingan dan dilaksanakan di tempat netral, kemudian diulang di lain waktu apabila hasilnya imbang. Pemenang putaran Final berhak lolos ke Prima Divisione Lega Nord FIGC 1922-1923 menggantikan Pro Livorno yg bangkrut.

Semifinal

Sestrese - Venezia 1-0
Spezia - Treviso 3-0

Final

Spezia - Sestrese 2-1


VI. Kontroversi Petisi Emilio Colombo & Perkembangannya

Dengan sekilas kita bisa melihat bahwa Comprommeso Colombo mengabaikan Lega Sud dibandingkan Lega Nord, indikasinya jelas yaitu bahwa Comprommeso Colombo sama sekali tidak mengatur pengorganisasian Lega Sud dan sepenuhnya fokus pd pengorganisasian Lega Nord. Hal ini jugalah yg pada awalnya menjadi titik utama kontroversi Comprommeso Colombo pada tahun2 awal kelanjutan Prima Divisione. Alasan Colombo memprioritaskan Lega Nord sebenarnya cukup bisa dipahami mengingat pada saat itu klub2 yg berasal dari selatan tidak memiliki prestise dan kemampuan finansial memadai sehingga hanya dianggap jauh lebih inferior, namun tetap saja tidak bisa dibenarkan karena jelas ada ketidakadilan dan diskriminasi dalam hal ini

Setelah era transformasi dari Prima Divisione ke Serie-A pd awal tahun 30an dan terutama pasca era Perang Dunia II pd akhir tahun 40an ternyata kontroversi seputar Comprommeso Colombo masih berputar, namun fokus kontroversi bergeser dari yg awalnya ttg diskriminasi terhadap klub2 Selatan (Lega Sud) menjadi ttg diskriminasi terhadap klub2 Prima Categoria dan Promozione 1921-1922 FIGC. Indikasinya utamanya adalah seputar penetapan 36 klub peserta Lega Nord Prima Divisione 1922-1923 dimana klub2 dari Prima Categoria 1921-1922 FIGC diberi jatah yg lebih sedikit dibandingkan klub2 dari Prima Divisione 1921-1922 CCI, bahkan pd proses spareggi seluruh wakil Prima Categoria 1921-1922 FIGC langsung diikutsertakan sejak Putaran Kualifikasi sementara hanya 2 dari total 6 klub Prima Divisione 1921-1922 CCI peserta spareggi yg mengikuti Putaran Kualifikasi. Indikasi lain adalah diturunkannya kasta Prima Categoria dan Promozione 1921-1922 FIGC setelah Comprommeso Colombo mentransformasi kedua kompetisi tersebut menjadi Terza Divisione dan Quarta Divisione.

Pergeseran kontroversi Comprommeso Colombo paling anyar terjadi pasca skandal Calciopoli 2006 yg memaksa Juventus terdegradasi dan meninggalkan Inter Milan sebagai satu2nya klub Italia sepanjang sejarah yg tidak pernah terdegradasi dari kasta pertama kompetisi sepakbola Italia. Sebagian pihak yg merasa tidak bisa menerima fakta ini bahkan kemudian memfitnah Inter Milan seharusnya terdegradasi pd tahun 1922 karena menempati posisi Juru Kunci Lega Nord Prima Divisione Grup B 1921-1922 CCI dengan menggunakan Comprommeso Colombo sebagai alasan Inter Milan terlepas dari degradasi. Hal terakhir inilah, yg setelah saya jabarkan panjang lebar di atas, akan saya luruskan kembali kebenarannya

Petisi Colombo versi Pasca Calciopoli 2006: Fitnah Terhadap Inter Milan & Fakta Sebenarnya
1. Fitnah: Inter Milan seharusnya terdegradasi setelah mengakhiri Prima Divisione 1921-1922 CCI sebagai Juru Kunci Lega Nord Grup B. Fakta: Sejak awal Regulasi Prima Divisione 1921-1922 CCI tidak menyatakan Juru Kunci kedua Grup Lega Nord otomatis terdegradasi langsung. Inter Milan yg berakhir sebagai Juru Kunci Lega Nord Grup B seharusnya menjalani play-off degradasi (spareggi) melawan Vicenza selaku Juru Kunci Lega Nord Grup A, pemenangnya akan bertahan di Prima Divisione dan yg kalah terdegradasi ke Seconda Divisione. Hanya saja Spareggi antara Inter Milan vs Vicenza tidak pernah terjadi karena didahului oleh disepakatinya Comprommeso Colombo sebelum jadwal pertandingan tersebut
2. Fitnah: Comprommeso Colombo diajukan oleh Emilio Colombo dan manajemen Inter Milan. Fakta:Manajemen Inter Milan tidak terlibat perancangan Comprommeso Colombo karena petisi tersebut awalnya disusun Emilio Colombo bersama Presiden FIGC, Luigi Bozino, dan Presiden CCI, Giovanni Lombardi pada sebuah pertemuan mediasi 7 Desember 1921 di Milan. Fitnah ini muncul hanya karena tempat diselenggarakannya mediasi berdekatan dengan vila milik Enrico Olivetti, Presiden Inter Milan dari 1923-1926 (baru dilantik sebagai Presiden Inter Milan hampir 2 tahun setelah proses mediasi awal yg dipermasalahkan!)
3. Fitnah: Comprommeso Colombo berisi permohonan agar Inter Milan tidak didegradasi dan menjadikan Venezia sebagai pengganti Inter Milan untuk degradasi. Fakta: Silakan dibaca lagi poin2 Comprommeso Colombo di atas dan tolong tunjukan bagian yg menyatakan Venezia menggantikan Inter Milan untuk terdegradasi. Inter Milan lolos dari degradasi berdasarkan regulasi yg disusun dalam Comprommeso Colombo setelah menjalani spareggi yg sah, sebaliknya Venezia justru terdegradasi juga berdasarkan regulasi yg disusun dalam Comprommeso Colombo setelah menjalani spareggi yg sah.

C'e Solo I'Inter


(Sumber: FP Internazionale Milan Fc)


Sejarah Baru Inter Milan Bersama Erick Thohir


Sejarah tercipta pada tahun 2013. Pengusaha media asal Indonesia, resmi menguasai mayoritas saham klub raksasa Serie A, Inter Milan. Pria 43 tahun ini menguasai 70 persen saham La Beneamata pada 15 Oktober 2013. Kesepakatan ini terjadi setelah melalui proses yang panjang dan alot.

Tak hanya menguasai saham mayoritas, Erick juga akhirnya menggantikan posisi Massimo Moratti sebagai Presiden Nerazzurri. Ini diputuskan lewat rapat dewan direksi Inter, 15 November 2013. Rapat tersebut juga memutuskan Moratti, yang sudah memimpin Inter sejak 1995, menjabat sebagai Presiden Kehormatan.

Anak Massimo Moratti, Angelomario mendapat jabatan sebagai Wakil Presiden. Dewan Direksi diisi oleh 8 orang, yakni Erick Thohir, Roslan Roeslani, Handy Soetedjo, Thomas Shreve, Hioe Isenta, Angelomario Moratti, Rinaldo Ghelfi, dan Alberto Manzonetto.

"Sangat penting bagi kami, manajemen baru untuk memastikan Inter juara, menarik untuk ditonton dan juga sehat secara finansial, untuk bersaing dengan klub-klub lain di dunia saat ini. Ini adalah sesuatu yang Tuan Moratti, manajemen baru, dan saya garis bawahi," kata Erick saat dilantik menjadi Presiden Inter seperti dilansir Football Italia.

Erick memang tak asing dengan dunia olahraga. Sebelum menguasai Inter, Erick sudah memiliki saham di beberapa klub olahraga. Dia juga tercatat sebagai salah satu pemilik klub MLS, DC United dan pemilik klub basket NBA, Philadelphia 76ers.
Erick juga merupakan salah satu pengurus teras di tubuh PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), perusahaan yang selama ini membidani kiprah Persib dalam berbagai aspek.

Terpilihnya Erick sebagai Presiden Inter membuka peluang pemain Indonesia untuk bergabung. Pengusaha muda ini ingin membawa pemain Indonesia ke Giuseppe Meazza. Erick ingin pemain yang dibawanya benar-benar bisa bersaing untuk menembus tim utama Inter, walaupun itu di level junior.

"Tentu saja, saya juga ingin membawa pemain asal Indonesia, pemain muda terutama. Tapi, pemain itu harus yang benar-benar bisa bersaing. Mereka harus bermain pada level yang sama dengan tim muda Inter," kata Erick kepada VIVAbola, Sabtu 23 November 2013.

"Mungkin saya lebih memilih pemain di bawah usia 16 tahun. Karena kalau pemain di bawah usia 19 tahun, mereka sudah harus dimasukkan ke tim Primavera, dan di sana sudah ada kompetisinya," papar pria 43 tahun ini.


Nonton Langsung
Sebagai Presiden baru Inter, Erick menunjukkan komitmennya. Pria 43 tahun ini meluangkan waktunya untuk menyaksikan laga La Beneamata secara langsung di stadion. Jarak jauh Italia dan Indonesia rupanya tak menjadi masalah bagi Erick. Tercatat ada dua laga Il Biscione yang disaksikan langsung Erick di Giuseppe Meazza, yakni melawan Sampdoria (1 Desember) dan AC Milan (22 Desember).

Debut Erick di Giuseppe Meazza tidak berakhir dengan manis. La Beneamata harus puas dengan hasil imbang 1-1 melawan Sampdoria. Inter saat itu sebenarnya sempat unggul lewat gol Fredy Guarin menit ke-18. Namun, gol Renan Garcia pada menit 89 membuyarkan kemenangan Inter yang sudah di depan mata.

Erick baru bisa tersenyum pada saat Derby Della Madonnina pada 22 Desember 2013. Inter memetik kemenangan 1-0 berkat gol Rodrigo Palacio menit 86. Ini adalah kemenangan pertama sejak Erick menjabat sebagai Presiden Inter.

Presiden Inter sebelumnya, Massimo Moratti sama sekali tak menyesal memberikan jabatan kepada Erick. Dia yakin Erick akan melanjutkan kesuksesannya bersama La Beneamata.

"Saya sangat percaya telah menyerahkan jabatan pada orang yang tepat setelah menunggu lama. Sekarang, saya bisa pergi ke stadion hanya sebagai seorang fans," kata Moratti padaSky Sport Italia.

Masih banyak tugas yang harus dilakukan Erick. Tim besutan Walter Mazzarri masih menempati peringkat ke-5 dengan 31 poin dengan 17 pertandingan. La Beneamata masih tertinggal 5 poin dari Napoli yang menempati batas akhir zona Liga Champions.

Patut dinanti gebrakan Erick pada bursa transfer Januari nanti. Siapa pemain yang akan didatangkannya ke Giuseppe Meazza untuk membuat Inter lebih mampu bersaing di papan atas.

(Sumber: Viva Bola)